Gorila adalah hewan yang memiliki beragam bahasa tubuh untuk berkomunikasi. Karena itu, tim berfokus pada ekspresi wajah dan isyarat tangan yang digunakan gorila saat berinteraksi. Mereka menerbitkan temuan terbaru ini dalam American journal of Primatology edisi Juni.
Penelitian dipimpin oleh Eva Maria Luef. Ia bersama koleganya, Katja Liebal, merekam cuplikan kehidupan gorila di Leipzig Zoo di Jerman serta Howletts and Lympne Wild Animal Park di Inggris. Total durasi rekaman tersebut mencapai 120 jam.
Hasil analisis rekaman menunjukkan bahwa ibu gorila memeragakan gerakan taktil sewaktu bermain dengan bayi. Gerakan ini berbeda dibanding saat ibu gorila berinteraksi dengan gorila dewasa lainnya. "Mereka akan menyentuh dan sesekali menampar ringan bayi-bayi gorila itu," kata Luef.
Ia menggambarkan satu gerakan ibu gorila yang sangat keibuan untuk mencegah anaknya melakukan perbuatan yang tidak diinginkan. Gerakan itu disebut hand-on. "Di sinilah ibu gorila meletakkan telapak tangan mereka di atas kepala (bayi)," kata Luef. "Artinya ''hentikan''."
Ibu gorila sebenarnya sering menggunakan gerakan ini terhadap gorila dewasa lain. Namun, dalam berkomunikasi dengan bayi gorila, ibu gorila akan mengulangi tindakan tersebut beberapa kali. Para peneliti menyebut komunikasi keibuan dengan gerakan tangan ini sebagai non-vocal motherese.
Luef mengatakan gerakan yang digunakan ibu gorila ini membantu bayi membangun pemahaman atas gerakan serupa saat mereka dewasa. Gunanya adalah untuk berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok gorila. "Ini juga menunjukkan bahwa individu gorila yang lebih tua memiliki kesadaran tertentu saat menghadapi bayi yang belum memiliki keterampilan berkomunikasi," kata Luef.
Penelitian Luef dan rekan-rekannya ini diragukan oleh Profesor Richard Byrne dari University of St Andrews. Byrne menjelaskan pentingnya cara gorila dewasa berbicara kepada bayi gorila. "Ini cara alami yang sangat cerdas untuk menyampaikan perincian tentang bagaimana kita membangun tata bahasa kompleks," kata dia.
Dia menilai penelitian Luef cukup menarik dan menunjukkan bahwa gorila dewasa memahami sulitnya berkomunikasi dengan bayi. Karena itu, ia menggunakan cara yang sesuai. Namun Byrne menambahkan, karena tidak mengembangkan bahasa layaknya manusia, gorila tidak perlu memiliki "bahasa bayi" seperti yang digambarkan oleh hasil penelitian Luef. "Saya pikir ini tidak berkaitan sama sekali," kata dia.