Sah-sah saja kita jatuh cinta pada
lawan jenis. Namun perlu diingat, ada rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar
sebelum sertifikat halal kita peroleh. Sertifikat ini bisa didapat melalui
gerbang yang dinamakan pernikahan. Kenapa harus menikah? Yang jelas menikah itu
bisa membedakan kita dengan binatang. Lihat saja hewan kalau mau berhubungan
badan, mereka langsung saja melakukannya. Tetapi manusia sebagai makhluk yang
dimuliakan Allah SWT, untuk melakukan hubungan intim dengan lawan jenis tidak
boleh asal begitu saja tanpa ikatan di antara mereka. Ikatan itu terangkai
dalam bingkai pernikahan yang sakral.
Sekarang, saya mengajak Anda
mengamati gejala maraknya kebiasaan free sex yang dilakukan oleh orang-orang di
sekitar kita, bahkan parahnya sudah mewabah di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga di daerah terpencil. Jika kaum
intelektual generasi muda kita telah terkontaminasi dengan apa yang disebut
“kebobrokan moral”, maka nasib masa depan bangsa bisa porak poranda. Jika
kebiasaan mereka melanggar larangan Tuhannya, lalu apa yang bisa diharapkan
dari generasi seperti ini? Bagi kita yang prihatin, apa yang dapat dan harus
kita lakukan?
Ada segolongan anak muda yang
menganggap bahwa seks bebas menunjukkan mereka adalah generasi modern.
Sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang modern, tapi lebih tepat jika disebut
sebagai kebiasaan kaum jahiliyah. Kebiasaan ini pernah dilakukan oleh kaum-kaum
terdahulu yang dalam sejarah akhirnya ditimpa azab yang pedih ketika mereka
masih hidup di dunia akibat murka Allah SWT. Azab mereka tidak ditangguhkan
sebagaimana umat manusia saat ini, umat Nabi akhir jaman.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika
sepasang muda-mudi terjerumus free sex atau seks bebas atau lebih tepat disebut
zina? Konon ini adalah kebiasaan tak waras yang diadopsi dari budaya barat
tanpa filter akal sehat. Bagaimana bisa kita meniru mentah-mentah kebiasaan
tidak bermoral dari manusia-manusia yang tidak mengenal Tuhannya…?
Sepasang muda-mudi yang sedang jatuh
cinta tanpa kontrol iman yang kokoh akan mudah sekali terjebak dalam
jaring-jaring yang dipasang setan. Mereka akan mencari kesempatan berdua-duaan.
Akibat setrum tegangan tinggi yang tidak bisa dikendalikan, maka seperti ada
magnet… mereka mula-mula berpegangan tangan, lalu naik ke lutut, terus ke
ketiak, eh… kok lama-lama bengkak…, yang perempuan tentunya. Apa gerangan yang
terjadi? Ternyata kontak fisik tidak bisa dihindari, dan akhirnya hancurlah
kesucian yang seharusnya dijaga dan dipelihara sebelum ijab qobul di hadapan
penghulu dilaksanakan.
Mungkin pada awalnya mereka merasa
berdosa. Beruntung bila mereka langsung bertobat. Namun bagi yang ketagihan,
semacam menghisap candu, mereka melakukannya kapan saja di saat hasrat itu
datang. Malang bagi mereka yang pergaulannya jauh dari kontrol orang tua,
seperti pelajar/mahasiswa yang hidup di kos-kosan. Karena bila kegilaan ini
melanda mereka, hanya iman di dada yang bisa mencegahnya. Maka muncullah
prahara sex in the kost yang mewabah di kampus-kampus tempat generasi penerus
pemimpin bangsa menuntut ilmu.
Pergaulan bebas seperti ini bisa
menghancurkan sendi-sendi moral bangsa karena kebiasaan yang buruk biasanya
menular dengan cepat kalau tidak segera ditanggulangi. Jika perilaku seksual
manusia sudah tidak bisa dibedakan dengan hewan, apakah pantas jika manusia
disebut sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini?
Ada seorang teman mahasiswi yang
curhat tentang pengalamannya terjerumus pergaulan bebas, seks sebelum nikah.
Dari ceritanya, saya tahu ia memiliki rasa penyesalan yang amat dalam. Apalagi
setelah laki-laki yang menjadi pasangannya pergi begitu saja. Bukan saja
kesuciannya yang hancur, namun juga hati dan masa depan cintanya. Sekali lagi,
ini terjadi karena lepasnya iman di dada karena pacaran yang tidak sehat.
Ketika niat berbuat mesum ada dan keadaan memungkinkan, bukankah setan tinggal
kipas-kipas merayakan kemenangannya.
Bahaya bagi si wanita, jika ia tidak
kuat iman setelah berbuat maksiat tersebut, tentunya hal itu akan berulang
entah sampai kapan. Jika ia ditinggal pergi, bisa saja ia menjadi gadis penjaja
cinta. Na’udzublillah… Beruntung jika ia kembali ke jalan yang benar. Namun,
perasaan berdosa dan merasa diri hina biasanya selalu menghantui di setiap
langkahnya. Tangis penyesalan tentunya mendera ketika sadar bahwa apa yang dulu
ia perbuat merupakan sebuah kesalahan besar.
Antara cinta dan nafsu; jika nafsu
yang dominan dan dengan dalih cinta memuaskan hasratnya, bukankah itu
mengerikan? Apa lagi jika dalam pergaulan dengan lawan jenis saling mengumbar
nafsu hanya untuk having fun, ini benar-benar berbahaya. Kesenangan sesaat,
namun akibatnya tidak hanya penderitaan lahir, tapi juga batin. Tidak hanya
bahaya di dunia, tapi juga di akhirat. Selain itu, pergaulan bebas juga bisa
menularkan penyakit mematikan seperti AIDS dan juga penyakit kelamin lainnya.
bwatbel sumber