Penyakit ini kian ramai dibicarakan setelah seorang warga di Sunter, Jakarta Utara positif terjangkit flu burung yang akhirnya meninggal.
Meninggalnya warga Sunter dengan vonis terjangkit virus H5NI, sebenarnya bukan satu-satunya laporan tentang flu burung pada tahun ini. Berdasarkan data dari Unit Pengendalian Penyakit Avian Influenza (UPPAI) Pusat Direktorat Kesehatan Hewan pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, selain DKI Jakarta, ada lima provinsi lain yang melaporkan adanya kasus flu burung di antaranya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik menghadapi flu burung, Namun tetap tanggap pada gejala-gejala awal yang disebabkan oleh virus H5NI tersebut. Menurut Dien, gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan gejala awal terdiagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) di antaranya, demam, batuk dan pilek.
Awalnya diketahui, virus ini hanya bisa menular antar sesama unggas. Namun pada kenyataannya virus ini bermutasi dan mampu menginfeksi manusia berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Umumnya, yang memiliki risiko tinggi tertular adalah anak-anak karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah. Kemudian bagi para pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan juga harus lebih waspada karena rentan terpapar virus ini.
Masa inkubasi virus ini selam 1-7 hari, kemudian muncul gejala-gejala seperti menderita infeksi saluran pernapasan atau sulit bernapas, demam tinggi hingga lebih dari 38 derajat celsius, tenggorokan sakit, batuk, pilek, nyeri otot, pusing dan dapat timbul radang paru-paru yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kematian.
"Jadi jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat," jelas Dien.
Sementara itu Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Tjandra Yoga Aditama selaku vocal point International Health Regulation (IHR) juga telah menginformasikan kasus ini ke WHO.
"Sepanjang masih ada kasus flu burung di unggas, maka kemungkinan penularan ke manusia masih ada," kata Tjandra di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, Tjandra mengharapkan masyarakat dapat melindungi diri dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Khususnya perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) terutama pada lima waktu kritis, yaitu sebelum makan, sehabis buang air besar, sebelum menyusui, sebelum menyiapkan makan, setelah menceboki bayi, dan setelah kontak dengan hewan.
Menurut data Dinas Kesehatan DKI, selama 2009, dari 10 pasien suspect flu burung, sebanyak delapan pasien meninggal dunia (84%). Pada 2010, jumlahnya menurun menjadi tiga pasien, namun ketiganya meninggal dunia (100%). Kemudian pada 2011 dari tiga pasien, dua orang meninggal.
Berbagai upaya telah dilakukan Kementerian Kesehatan, antara lain menghubungi beberapa rumah sakit yang selama ini merawat suspect flu burung, dan memonitor perkembangan kasus, menindaklanjuti laporan masyarakat melalui posko Ditjen PP dan PL. [mor]
sumber